Ya Asyiqol Musthofa

Senin, 10 Desember 2012

Bahasa Arab Dasar 41: Marfu'atul Asma


مَرْفُوْعَاتُ الأَسْمَاء
(Keadaan Dirofa’kannya Isim-Isim)
Kelompok Marfu’atul Asma ‘
1. الفَاعِلُ
2. نَائِبُ الفَاعِلِ
3. الْمُبْتَدَأُ
4. الْخَبَرُ
5. اِسْمُ كَانَ
6. خَبَرُ إِنَّ
7. التَّوابِعُ لِلْمَرْفُوْعِ

Bahasa Arab Dasar 40: Macam-Macam Lam


Macam-macam lam:
1. لاَمُ حَرْفِ الْجَرِّ
Contoh:
هَذَا الْكِتَابُ لِمُؤْمِنٍ (Buku ini milik seorang mu’min)
هَذَا الْكِتَابُ لِمُؤْمِنَيْنِ (Buku ini milik dua orang mu’min)
هَذَا الْكِتَابُ لِمُؤْمِنِيْنَ (Buku ini milik orang-orang mu’min)
2. لاَمُ كَيْ
Contoh:
خُلِقْتَ لِتَعْبُدَ اللهَ (Kamu diciptakan agar kamu menyembah Allah)
خُلِقْتُمَا لِتَعْبُدَا اللهَ (Kalian berdua diciptakan agar kalian berdua menyembah Allah)
خُلِقْتُمْ لِتَعْبُدُوْا اللهَ (Kalian semua diciptakan agar kalian semua menyembah Allah)

3. لاَمُ الْجُحُوْدِ
Contoh:
مَا كَانَ الْمُسْلِمُ لِيَشْرَبَ الْخَمْرَ (Tidaklah seorang muslim itu akan minum khomr)
مَا كَانَ الْمُسْلِمَانِ لِيَتَحَاسَدَا (Tidaklah dua orang muslim itu akan saling mendengki)
مَا كَانَ الْمُسْلِمُوْنَ لِيَتْرُكُوْا الصَّلاَةَ (Tidaklah orang-orang muslim itu akan meninggalkan shalat)
4. لاَمُ الأَمْرِ
Contoh:
لِيَدْخُلْ فِى الْمَسْجِدِ (Hendaklah ia masuk ke masjid)
لِيَدْخُلاَ فِى الْمَسْجِدِ (Hendaklah mereka berdua masuk ke masjid)
لِيَدْخُلُوْا فِى الْمَسْجِدِ (Hendaklah mereka semua masuk ke masjid)
5. لاَمُ التَّوْكِيْدِ
Contoh:
لَيَدْخُلُ فِى الْمَسْجِدِ (Sungguh ia akan masuk masjid)
لَيَدخُلاَنِ فِى الْمَسْجِدِ (Sungguh mereka berdua akan masuk masjid)
لَيَدْخُلُوْنَ فِى الْمَسْجِدِ (Sungguh mereka semua akan masuk masjid)

Bahasa Arab Dasar 39: Macam-Macam Laa


Macam La
1. Laa Nahiyah
Laa nahiyah adalah huruf لاَ yang berfungsi untuk melarang (diartikan janganlah)
Ciri dari laa nahiyah adalah menjazmkan fi’il mudhori’.
Contoh:
لاَ تَمْزَحْ (Janganlah kamu begurau!)
لاَ تَدْخُلاَ (Janganlah kalian berdua masuk!)
لاَ تَلْعَبُوْا (Janganlah kalian semua bermain!)

2. Laa Nafiyah
Laa nafiyah adalah huruf لاَ yang berfungsi untuk menafikan (diartikan tidak)
Ciri dari laa nafiyah adalah tidak menjazmkan fi’il mudhori’
Contoh:
لاَ تَمْزَح (Kamu tidak begurau)
لاَ تَدْخُلاَن (Kalian berdua tidak masuk)
لاَ تَلْعَبُوْنَ (Kalian semua tidak bermain)

Bahasa Arab Dasar 38: Adawatul Jazimah

2. Al-Adawatul Jazimah
Al-Adawatul Jazimah adalah alat-alat yang digunakan untuk menjazmkan fi’il
Macam-macam alat penjazm:
a. Alat penjazem yang menjazemkan satu fi’il
Kelompok penjazm satu fi’il
1. لَمْ
Contoh:
لَمْ يَحْضُرْ زَيْدٌ فِى التَعْلِيْم (Zaid tidak hadir dalam kajian)

2. لَمّا
Contoh:
لَمَّا يَحْضُرُوْا (mereka belum hadir)
3. أَلَمْ
Contoh:
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللُّغَةَ الْعَرَبِيَّةَ مُفِيْدَةٌ ؟ (Apakah kamu tidak tahu bahwa bahasa arab itu sangat berfaedah?)
4. لاَمُ الأَمْر
Contoh:
لِيُكْرِمْ صَاحِبُ الْبَيْتِ ضَيْفَهُ (Hendaklah tuan rumah itu menghormati tamunya)
5. لاَ النَّاهِيَةُ
Contoh:
لاَ تَعْبُدُوا أَصْنَامًا (Janganlah kalian menyembah patung-patung!)
b. Alat penjazm yang menjazmkan dua fi’il
Kelompok penjazem dua fi’il
1. إِنْ
Contoh:
إِنْ تَجْتَهِدْ تَنْجَحْ (Jika engkau bersungguh-sungguh niscaya engkau akan sukses)
2. مَنْ
Contoh:
مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ (Barangsiapa yang menanam, ia akan menuai)
3. مَا
Contoh:
مَا تَعْمَلْ مِنْ عَمَلٍ يُكْتَبْ (Amalan apasaja yang engkau lakukan, niscaya ia akan dicatat)
4. مَهْما
Contoh:
مَهْمَا تَقْرَأْ مِنْ كِتَابٍ يَنْفَعْ (Buku apasaja yang engkau baca, tentulah ia akan bermanfaat)
5. مَتَى
Contoh:
مَتَى تَرْجِعْ أَرْجِعْ (Kapansaja engkau kembali, aku akan kembali)
6. أيَّانَ
Contoh:
أَيَّانَ يَذْهَبْ مُحَمَّدٌ أذْهَبْ (Kapansaja Muhammad pergi, saya akan pergi)
7. أَيْنَ
Contoh:
أَيْنَ تَهْرُبْ أَقْبِضْ (Kemana saja engkau melarikan diri, akan kutangkap)
8. حَيْثُمَا
Contoh:
حَيْثُمَا تَذْهَبْ أَتَّبِعْ (Kemana saja engkau pergi, aku akan ikut)
9. كَيْفَمَا
Contoh:
كَيفَمَا تَجْلِسْ أَجْلِسْ (Bagaimana saja  engkau duduk, begitulah aku akan duduk)
10. أَيٌّ
Contoh:
أَيُّ ءَايَةٍ تَقْرَأْ تُؤْجَرْ (Ayat apasaja yang engkau baca, engkau akan diberi pahala)

Bahasa Arab Dasar 37: Amil-Amil Pada Fi'il


عَوَامِلُ الأَفْعَالِ
(Amil-amil pada Fi’il)
Amil Fi'il
1. Al-Adawatun Nashibah
Al-Adawatun Nashibah adalah alat-alat yang digunakan untuk menashobkan fi’il.
Macam-macam alat penashob
a. أَنْ
Contoh:
أَنَا أُرِيْدُ أَنْ أذْهَبَ إِلَى الْمَسْجِدِ (Aku ingin pergi ke masjid)
b. لَنْ
Contoh:
لَنْ يَنْجَحَ الْكَسْلاَنُُ (Tidak akan sukses orang yang malas)

c. إِذَنْ
Contoh:
إِذَنْ تَنْجَحَ (Jika demikian, engkau akan sukses)
d. كَيْ
Contoh:
اِجْتَهِدْ يَا أَخِيْ كَيْ تَنْجَحَ (Bersungguh-sungguhlah saudaraku, agar engkau sukses)
e. لاَمُ كَيْ
Contoh:
اِرْفَعْ صَوْتَكَ لِيَسْمَعُوْا (Angkatlah suaramu, agar mereka dapat mendengar)
f. لاَمُ الْجُحُوْدِ
Contoh:
مَا كَانَ الْمُسْلِمُ لِيَسْخَرَ أَخَاهُ (Seorang muslim tidak akan mencemooh saudaranya)
g. حَتَّى
Contoh:
لاَ تَتَحَدَّثُوْا حَتَّى يَنْتَهِيَ الدَّرْسُ (Janganlah kalian ngobrol hingga pelajaran selesai!)

Bahasa Arab Dasar 36: Ciri-Ciri I'rob Fi'il


Alamat I'rob Fi'il
Catatan:
Asal I’rob dari suatu fi’il adalah marfu’. Fi’il ini menjadi berubah I’robnya manakala ada sesuatu yang menyebabkannya menjadi manshub ataupun majzum. Sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan I’rob dari suatu fi’il dikenal dengan nama ‘amil.

Bahasa Arab Dasar 35: Fi'il Al-Af'alul Khomsah

3. Fi’il Al-Af’alul Khomsah
Fi’il al-af’alul khomsah adalah fi’il yang diakhiri dengan huruf ‘illat dan nun.
Perhatikan tabel tashrif fi’il mudhori’ berikut:
Tabel Af'alul Khomsah
Dari tashrif diatas, terlihat bahwa fi’il yang diakhiri dengan huruf ‘illat dan nun adalah:
  1. يَكْتُبَانِ
  2. يَكْتُبُوْنَ
  3. تَكْتُبَانِ
  4. تَكْتُبُوْنَ
  5. تَكْتُبِِيْنَ
Kelima fi’il ini dikenal dengan nama Al-Af’alul Khomsah (Fi’il-fi’il yang Lima)

Bahasa Arab Dasar 34: Pembagian Fi'il Mudhori'


Fi'il Mu'rob
1. Fi’il Shohih Akhir
Fi’il shohih akhir adalah fi’il yang diakhiri dengan huruf-huruf shohih.
Contoh:
يَدْخُلُ (masuk)
يَخْرُجُ (keluar)
يَقْرَأُ (membaca)
2. Fi’il Mu’tal Akhir
Fi’il mu’tal akhir adalah fi’il yang diakhiri dengan huruf-huruf ‘illat.
Fi’il mu’tal akhir terbagi menjadi 3:

a. Mu’tal Alif
Contoh:
يَرْضَى (meridhoi)
يَنْهَى (melarang)
b. Mu’tal Wawu
يَدْعُوْ (menyeru/berdo’a)
يَغْزُوْ (berperang)
c. Mu’tal ya’
يَرْمِى (melempar)
يَزْنِى (berzina)

Bahasa Arab Dasar 33: Fi'il Mabni

2. Fi’il Mabni
Fi’il mabni adalah fi’il yang keadaan akhirnya selalu tetap dan tidak mengalami perubahan
Kelompok Fi’il Mabni
a. Fi’il Madhi
Contoh:
كَتَبَ مُحَمَّدٌ الرِّسَالَةَ (Muhammad telah menulis surat itu)
مَا كَتَبَ مُحَمَّدٌ الرِّسَالَةَ (Muhammad tidak menulis surat itu)

b. Fi’il Amr
Contoh:
اُكْتُبْ هَذَا الدَّرْسَ (Tulislah pelajaran ini)
يَا أَخِيْ اُكْتُبْ هَذَا الدَّرْسَ (Wahai saudaraku tulislah pelajaran ini)
c.Fi’il Mudhori’ yang bersambung dengan nun niswah atau dengan nun taukid
- Nun niswah adalah nun yang terdapat dalam suatu fi’il untuk menunjukkan jenis perempuan yang keadaannya berharokat fathah.
Pada fi’il mudhori’, nun niswah terdapat pada fi’il َيَكْتُبْنَ dan تَكْتُبْنَ
Contoh:
الْمُسْلِمَاتُ يَكْتُبْنَ الرِّسَالَةَ (Para muslimah sedang menulis surat)
الْمُسْلِمَاتُ لَنْ يَكْتُبْنَ الرِّسَالَةَ Para muslimah tidak akan menulis surat)
- Nun taukid adalah huruf nun yang bersambung dengan suatu fi’il yang berfungsi sebagai penguat makna fi’il.
Contoh:
أَ تَسْمَعَنَّ الأَذَانَ؟ (Apakah kamu benar-benar mendengar adzan?)
ألَمْ تَسْمَعَنَّ الأَذَانَ؟ (Apakah kamu benar-benar tidak mendengar adzan?)
Catatan:
  • I’rob suatu kata ada 4 macam, yaitu rofa’, nashob, jar, dan jazm. Untuk isim hanya terdiri dari i’rob rofa’, nashob dan jar serta tidak ada i’rob jazm. Untuk fi’il hanya terdiri dari i’rob rofa’, nashob dan jazm serta tidak ada i’rob jar.
  • Semua fi’il mudhori’adalah termasuk fi’il mu’rob, kecuali apabila bersambung dengan nun niswah atau nun taukid.

Bahasa Arab Dasar 32: Fi'il Mu'rob Dan Fi'il Mabni


1. Fi’il Mu’rob
Fi’il mu’rob adalah fi’il yang dapat berubah keadaan akhirnya karena adanya perbedaanletak dalam suatu kalimat
Contoh:
يَكْتُبُ مُحَمَّدٌ الدَّرْسَ (Muhammad mencatat pelajaran)
لَنْ يَكْتُبَ مُحَمَّدٌ الدَّرْسَ (Muhammad tidak akan mencatat pelajaran)
لَمْ يَكْتُبْ مُحَمَّدٌ الدَّرْسَ (Muhammad tidak mencatat pelajaran)
I'rob Fi'il

a. Fi’il Marfu’
Fi’il marfu’ adalah fi’il yang keadaan akhirnya mempunyai ciri pokok dhommah
Contoh:
يَكْتُبُ – يَجْلِسُ – يَفْهَمُ
b. Fi’il Manshub
Fi’il manshub adalah fi’il yang keadaan akhirnya mempunyai ciri pokok fathah
Contoh:
لَنْ يَكْتُبَ – لَنْ يْجْلِسَ -لَنْ يَفْهَمَ
c. Fi’il Majzum
Fi’il majzum adalah fi’il yang keadaan akhirnya mempunyai ciri pokok sukun
Contoh:
لَمْ يَكْتُبْ – لَمْ يَجْلِسْ -لَمْ يَفْهَمْ

Bahasa Arab Dasar 31: Pembagian Fi'il Di Tinjau Dari Objeknya


Diagram Fi'il Lazim Muta'addi
1. Fi’il Lazim
Fi’il lazim adalah fi’il yang tidak membutuhkan adanya objek (kata kerja intransitif)
Contoh:
قَامَ زَيْدٌ (Zaid berdiri)
حَضَرَ مُحَمَّدٌ (Muhammad telah hadir)
جَلَسَ عَلِيٌّ (Ali duduk)

2. Fi’il Muta’addi
Fi’il muta’addi adalah fi’il yang membutuhkan adanya objek (kata kerja transitif)
Contoh:
فَهِمَ زَيْدٌ الدَّرْسَ (Zaid memahami pelajaran)
شَرِبَ مُحَمَّدٌ العَسَلَ (Muhammad minum madu)
أَكَلَ عَلِيٌّ الْخُبْزَ (Ali makan roti)
Cara Membuat Fi’il Muta’addi
1. Dibuat mengikuti wazan (pola) فَعَّلَ
Contoh:
حَسُنَ –> حَسَّنَ
سَهُلَ –> سَهَّلَ
2. Dibuat mengikuti wazan (pola) أَفْعَلَ
Contoh:
خَرَجَ –> أَخْرَجَ
كَمُلَ –> أَكْمَلَ

Selasa, 16 Oktober 2012

Bahasa Arab Dasar 30: Pembentukan Fi'il Majhul

بِنَاءُ الْمَجْهُوْلِ
(Pembentukan Fi’il Majhul)
Fi’il majhul dibentuk dari fi’il ma’lumnya.
Cara Pembentukan Fi’il Majhul Dari Fi’il Ma’lum.
1. Fi’il Madhi
Dikasroh huruf sebelum terakhir dan di dhommah semua huruf yang berharokat sebelumnya.
Contoh:
ضَرَبَ –> ضُرِبَ
قَتَلَ –> قُتِلَ
تَعَلَّمَ –> تُعُلِّمَ

2. Fi’il Mudhori’
Difathah huruf sebelum terakhir dan di dhommah huruf pertamanya
Contoh:
يَكْتُبُ –> يُكْتَبُ
يَفْتَحُ –> يُفْتَحُ
يَسْتَمِعُ –> يُسْتَمَعُ
Catatan:
Apabila pada fi’il madhi terdapat huruf yang disukun, maka pada saat pembentukan fi’il majhul tidak boleh dijadikan dhommah dan tetap harus disukun.
Contoh:
اِسْتَمَعَ –> اُسْتُمِعَ

Bahasa Arab Dasar 29: Pembagian Fi'il Ditinjau Dari Pelakunya


Daiagram Fi'il Ma'lum Majhul
1. Fi’il Ma’lum
Fi’il ma’lum adalah fi’il yang disebutkan pelakunya (kata kerja aktif)

Contoh:
ضَرَبَ عَلِيٌّ الْكَلْبَ (Ali telah memukul anjing)
قَتَلَ الْقَائِدُ الْعَدُوَّ (Panglima itu telah membunuh musuh)
تَعَلَّمَ حَسَنٌ عِلْمَ النَّحْوِ (Hasan telah belajar ilmu nahwu)
يَكْتُبُ مُحَمَّدٌ الدَّرْسَ (Muhammad sedang menulis pelajaran)
يَفْتَحُ زَيْدٌ البَابَ (Zaid sedang membuka pintu)
يَسْتَمِعُ الحَاضِرُوْنَ الْحِوَارَ (Para hadirin sedang mendengarkan dengan seksama diskusi itu)
2. Fi’il Majhul
Fi’il majhul adalah fi’il yang tidak disebutkan pelakunya (kata kerja pasif)
Contoh:
ضُرِبَ الْكَلبُُ (Anjing telah dipukul)
قُتِلَ الْعَدُوُّ (Musuh itu telah dibunuh)
تُعُلِّمَ عِلْمُ النَّحْوِ (Ilmu Nahwu telah dipelajari)
يُكْتَبُ الدَّرْسُ (Pelajaran sedang ditulis)
يُفْتَحُ الْبَابُ (Pintu sedang dibuka)
يُسْتَمَعُ الْحِوَارُُ (Diskusi itu didengarkan dengan seksama)

Bahasa Arab Dasar 28: Huruf Mudhoro'ah


Harful mudhoro’ah adalah huruf yang menjadi ciri khas dari fi’il mudhori’.
Huruf mudhoro’ah ini berupa huruf  أ – ن – ي – ت di singkat أَنِيْتَ
Huruf Mudhoro'ah

Bahasa Arab Dasar 27: Tashrif Lughowi Fi’il Amr

3. Tasrif lughowi untuk fi’il amr
Tashrif Lughowi Uktub
Contoh tashrif lughowi untuk fi’il اُنْصُرْ
Tashrif Lughowi Unshur

Silakan dicoba…
  1. اِجْلِسْ (Duduklah)
  2. اُقْتُلْ (Bunuhlah)
  3. اِشْرَبْ (Minumlah)

Bahasa Arab Dasar 26: Tashrif Lughowi Fi'il Mudhori'

2. Tashrif lughowi untuk fi’il mudhori’
Tashrif Lughowi Yaktubu

Pembacaan Tabel
يَكْتُبُ : Dia (seorang laki-laki) sedang/akan menulis
يَكْتُبَانِ : Mereka (dua orang laki-laki) sedang/akan menulis
يَكْتُبُوْنَ : Mereka (para lelaki) sedang/akan menulis
تَكْتُبُ : Dia (seorang perempuan) sedang/akan menulis
تَكْتُبَانِ : Mereka (dua orang perempuan) sedang/akan menulis
dst..
Contoh tashrif lughowi untuk fi’il يَنْصُرُ
Tashrif Lughowi Yanshuru
Silakan dicoba…
  1. يَجْلِسُ (Duduk)
  2. يَقْتُلُ (Membunuh)
  3. يَشْرَبُ (Minum)

Senin, 01 Oktober 2012

Bahasa Arab Dasar 25: Tashrif Lughowi Fi'il Madhi


اَلتَّصْرِيْفُ اللُّغَوِيُّ
Tashrif Lughowi
Tashrif lughowi adalah perubahan fi’il bersama dengan dhomirnya
1. Tashrif lughowi untuk fi’il madhi
Tashrif Lughowi Fi'il Mudhori Kataba

Pembacaan Tabel
كَتَبَ : Dia (seorang laki-laki) telah menulis
كَتَبَا : Mereka (dua orang laki-laki) telah menulis
كَتَبُوْا : Mereka (para lelaki) telah menulis
كتَبَتْ : Dia (seorang perempuan) telah menulis
كَتَبَتَا : Mereka (dua orang perempuan) telah menulis
dst..
Contoh tashrif lughowi untuk fi’il نَصَرَ
Tashrif Lughowi Fi'il Mudhori Nashoro
Silakan dicoba…
  1. جَلَسَ (Duduk)
  2. قَتَلَ (Membunuh)
  3. شَرِبَ (Minum)

Bahasa Arab Dasar 24: Pembagian Fi'il Ditinjau Dari Waktu Terjadinya


أَقْسَامُ الفِعْلِ
تَقْسِيْمُ الْفِعْلِ بالنَّظَرِ إِلَى زَمَنِ وُقُوْعِهِ
(Pembagian Fi’il Ditinjau Dari Waktu Terjadinya)
Tabel Pembagian Fi'il
1. Fi’il Madhi
Fi’il madhi adalah fi’il yang menunjukkan kejadian pada waktu lampau
Contoh:
خَلَقَ (Telah menciptakan)
خَرَجَ (Telah keluar)
أََمَرَ (Telah memerintah)
أَكَلَ (Telah makan)

2. Fi’il Mudhori’
Fi’il mudhori’ adalah fi’il yang menunjukkan kejadian pada waktu sekarang atau akan datang
Contoh:
يَخْلُقُ (Sedang/akan mencipta)
يَخْرُجُ (Sedang/akan keluar)
يَأْمُرُ (Sedang/akan memerintah)
يَأْكُلُ (Sedang/akan makan)
3. Fi’il Amr
Fi’il amr adalah fi’il yang digunakan untuk menuntut terjadinya sesuatu pada waktu setelah pengucapan (kata kerja perintah)
Contoh:
اُدْخُلْ (Masuklah)
اُخْرُُجْ (Keluarlah)
اِِجْلِسْ (Duduklah)
اِِرْفَعْ (Angkatlah)

Sabtu, 29 September 2012

Bahasa Arab Dasar 23: Ciri-Ciri I'robnya Isim


alamat-irob-isim

Bahasa Arab Dasar 22: Asmaul Khomsah


أَبُوكَ – أَخُوْكَ – حَمُوكَ – فُوْكَ – ذُوْ مَال (Marfu’)
أَبَاكَ – أَخَاكَ – حَمَاكَ – فَاكَ –  ذَا مَالٍ (Manshub)
أَبِيْكَ – أَخِيْكَ – حَمِيْكَ – فِيْكَ – ذِيْ مَال (Majrur)

Bahasa Arab Dasar 21: Isim Mabni

2. Isim Mabni
Isim mabni adalah isim yang keadaan akhirnya tidak mengalami perubahan walaupun diletakkan pada posisi yang berbeda dalam suatu kalimat.
Contoh:
هَذَا جَدِيْدٌ (Ini baru)
قَرَأْتُ هَذَا (Aku membaca ini)
فِي هَذَا قِِصَص (Di dalam ini terdapat kisah-kisah)

Macam-Macam Isim Mabni
1. الضَمِيْرُ
Contoh: أَنْتَ – نَحْنُ - هُوَ
2. اِسْمُ الإِشَارَةِ
Contoh: هَذِهِ – هَؤُلاَءِ - ذَلِكَ
3. اَلاِسْمُ الَمْوْصُوْلُ
Contoh: اَلَّذِي – اَلَّتِي – اَلَّذِيْنَ
4. اِسْمُ الاِسْتِفْهَامِ
Contoh: مَنْ – أيْنَ – كَيْفَ
5. اِسْمُ الشَّرْطِ
Contoh: مَنْ – مَتَى -  مَا
Catatan:
1. Dhommah merupakan ciri pokok isim marfu’, fathah merupakan ciri pokok isim manshub, dan kasroh merupakan ciri pokok isim majrur.
2. Ada beberapa kelompok isim yang perubahan keadaan akhirnya tidak ditandai dengan perubahan harokat, akan tetapi dengan perubahan huruf.
Contoh:
مُسْلِمُوْنَ (Marfu’)
مُسْلِمِيْنَ (Manshub)
مُسْلِمِيْنَ (Majrur)

Bahasa Arab Dasar 20: Isim Mu'rob Dan Isim Mabni

1. Isim Mu’rob
Isim mu’rob adalah isim yang dapat berubah keadaan akhirnya disebabkan oleh adanya perbedaan letak (posisi) dalam suatu kalimat.
Contoh:
الْكِتَابُ جَدِيْدٌ (Buku itu baru)
قَرَأْتُ الكِتَاب (Aku membaca buku itu)
فِي الكِتَابِ قِِصَصٌ (Di dalam buku itu terdapat kisah-kisah)

1. Isim Marfu’
Isim marfu’ adalah isim yang biasanya pada keadaan akhirnya ditandai dengan harokat dhommah.
Contoh: مُحَمَّدٌ – أُسْتَاذٌ – طَالِبٌ
2. Isim Manshub
Isim manshub adalah isim yang biasanya pada keadaan akhirnya ditandai dengan harokat fathah.
Contoh: مُحَمَّدًا – أُسْتَاذًا – طَالِبًـا
3. Isim Majrur
Isim majrur adalah isim yang biasanya pada keadaan akhirnya ditandai dengan harokat kasroh.
Contoh: مُحَمَّدٍ – أُسْتَاذٍ – طَالِبٍ

Bahasa Arab Dasar 19: Isim Isyaroh dan Isim Maushul

اِسْمُ الْإِشَارَةِ
(Kata Penunjuk)
Isim Isyaroh

اَلاِسْمُ الْمَوْصُوْلُ
(Kata Sambung/Penghubung)
Isim Maushul

Bahasa Arab Dasar 18: Isim Ghoirul Munshorif

اَلْمَمْنُوعُ مِنَ الصَّرْفِ / غَيْرُ الْمُنْصَرِفِ
(Isim Ghoirul Munshorif)
Isim Ghoirul Munshorif adalah isim yang tidak boleh ditanwin dan dikasroh.
Contoh: عُثْمَانُ – مَسَاجِدُ – عُمَرُ – عَائِشَةُ
Syarat-syarat isim ghoirul munshorif:

1. Tidak sebagai mudhof (disandarkan pada isim yang lain)
Contoh: صَلَّيْتُ فِى مَسَاجِدَ
مَرَرْتُ بِعُمَرَ
Apabila isim ghoirul munshorif ini sebagai mudhof, maka batal hukumnya.
Contoh: صَلَّيْتُ فِى مَسَاجِدِ هِم
2. Terbebas dari alif dan lam
Contoh: صَلَّيْتُ فِى مَسَاجِدَ
مَرَرْتُ بِعُمَرَ
Apabila isim ghoirul munshorif ini memakai alif dan lam, maka batal hukumnya.
Contoh: صَلَّيْتُ فِى المَسَاجِدِ
Kelompok isim yang masuk dalam kategori ghoirul munshorif
1. Bentuk jamak yang berpola مَفَاعِلُ (shighoh muntahal Jumu’)
Contoh: مَسَاجِدُ – مَقَاعِد
2. Isim maqshur yang berjenis muannats
Contoh: كُبْرَى – حُبْلَى
3. Isim mamdud yang berjenis muannats
Contoh: صَحْرَاءُ – حَمْرَاءُ
4. Nama perempuan
Contoh: مَرْيَمُ – عَائِشَةُ
5. Nama yang berpola فُعَلُ
Contoh: عُمَرُ – زُحَلُ
6. Nama yang diakhiri dengan tambahan alif dan nun ان
Contoh: عُثْمَانُ – سَلْمَانُ
7. Nama orang asing (selain arab) / nama ajam
Contoh: إِبْرَاهِيْمُ – إِسْمَاعِيْلُ
Catatan:
1. Isim maqshur yang bukan kelompok muannats, maka tidak termasuk isim ghoirul munshorif.
Contoh: هُدًى – فَتًى
2. Semua nama orang yang diakhiri dengan ta marbuthoh maka dia ghoirul munshorif walaupun digunakan untuk nama orang laki-laki.
Contoh: مُعَاوِيَةُ – طَلْحَةُ
3. Nama negara dan kota dikategorikan sebagai nama perempuan sehingga temasuk kelompok ghoirul munshorif.
Contoh: بَغْدَادُ – مِصْرُ

Jumat, 28 September 2012

Bahasa Arab Dasar 17: Dhomir (Kata Ganti Orang)

اَلضَّمِيْرُ
(Kata Ganti Orang)
A. Dhomir Munfashil
Dhomir Munfashil adalah dhomir yang penulisannya terpisah dengan kata yang lain.

Pembacaan Tabel
هُوَ Dia (Seorang laki-laki)
هُمَا Mereka (Dua orang laki-laki/perempuan)
هُمْ Mereka (Para lelaki)
أَنْتَ Kamu (Seorang laki-laki)
أنْتُمْ Kalian (Para lelaki)
dst..
Contoh:
هُوَ أُسْتاَذٌ (Dia adalah seorang Ustadz)
أَنَا مسْلِمٌ (Aku adalah seorang muslim)
B. Dhomir Muttashil
Dhomir Muttashil adalah dhomir yang penulisannya bersambung dengan kata yang lain.
Pembacaan Tabel
كِتَابُهُ Bukunya (Buku milik laki-laki itu)
كِتَابُهُنَّ Buku mereka (Buku milik para perempuan itu)
كِتَابُُنَا Buku kami
dst..
C. Dhomir Mustatir
Dhomir Mustatir adalah dhomir yang tidak tertulis dalam kalimat akan tetapi tersembunyi dalam suatu kata.
Akan datang penjelasannya, insyaAllah

Bahasa Arab Dasar 16: Pembagian Isim Ditinjau Dari Sisi Bangunan Akhirnya

تَقْسِيْمُ الاِسْمِ بِالنَّظَرِ إِلَى بُنْيَتِهِ
(Pembagian Isim Ditinjau dari Sisi Bangunan Akhirnya)
bangunan-akhir-isim
A. Isim Ghoiru Shohih Akhir
1. Isim Maqshur
Isim Maqsur adalah isim yang diakhiri dengan huruf alif lazimah.

Alif lazimah adalah huruf alif yang senantiasa melekat di akhir dari suatu kata. Alif lazimah terkadang tertulis dengan huruf ya’, akan tetapi dalam pengucapannya tetap dibaca sebagai huruf alif.
Contoh:
اَلْهُدَى (Petunjuk)
اَلْفَتَى (Remaja)
اَلْعَصَا (Tongkat)
2. Isim Manqush
Isim Manqush adalah isim yang diakhiri dengan huruf ya’ lazimah dan huruf sebelumnya berharokat kasroh.
Contoh:
اَلْهَادِي (Pemberi petunjuk)
اَلْقَاضِي (Hakim)
اَلدَّاعِي (Penyeru)
3. Isim Mamdud
Isim Mamdud adalah isim yang diakhiri dengan huruf hamzah dan sebelumnya berupa alif za’idah (tambahan).
Contoh:
صَحْرَاءُ (Padang pasir)
سَمَاءٌ (Langit)
اِبْتِدَاءٌ (Permulaan)
B. Isim Shohih Akhir
Semua isim yang tidak masuk dalam kategori Isim Maqshur, Manqush ataupun Mamdud.
Contoh:
خَيْلٌ (Kuda)
حِمَارٌ (Keledai)
ثَوُبٌ (Baju)
Catatan:
  1. Jika isim mamdud berupa isim jamak, maka ia tidak boleh ditanwin.
  2. Jika isim mamdud merupakan isim muannats, maka ia tidak boleh ditanwin.
  3. Semua isim yang diakhiri dengan huruf-huruf shohih (kecuali hamzah) maka dia adalah isim shohih akhir.

Bahasa Arab Dasar 15: Isim Ma'rifat dan Nakirah

تَقْسِيْمُ الاِسْمِ بِالنَّظَرِ إِلَى تَعْيِيْنِهِ
(Pembagian Isim Ditinjau Dari Segi Kejelasannya)
1. Isim Nakiroh
Isim Nakiroh adalah isim yang belum jelas penunjukannya
Contoh:
مُسْلِمٌ (Seorang muslim)
كِتَابُ طَالِبٍ (Buku seorang mahasiswa)

2. Isim Ma’rifat
Isim Ma’rifat adalah isim yang sudah jelas penunjukannya
Contoh:
عُمَرُ (Umar)
كِتَابُ مُحَمَّدٍ (Buku Muhammad)
Macam-macam isim ma’rifat
1. Dhomir (kata ganti orang)
Contoh:
هُوَ – أَنْتَ – أَنَا
2. Isim Isyaroh (kata penunjuk)
Contoh:
هَذَا – ذَالِكَ
3. Isim Maushul (kata sambung)
Contoh:
اَلَّذِيْ- اَلَّذِيْنَ
4. ‘Alam (nama orang)
Contoh:
عُمَرُ  – مُحَمَّدٌ  – خَدِيْجَةُ
5. Isim yang ada alif dan lam
Contoh:
اَلْبَيْتُ -  اَلْمِصْبَاحُ  – اَلْمَسْجِدُ
6. Isim yang disandarkan pada isim ma’rifat yang lain
Contoh:
كِتَابُ مُحَمَّدٍ   -  صَاحِبُ البَيْتِ
Catatan:
1. Isim Nakiroh biasanya mempunyai harokat akhir yang bertanwin
Contoh:
مُسْلِمٌ – مِصْبَاحٌ
2. Nama orang walaupun bertanwin tetap dikatakan sebagai isim ma’rifat dan bukan sebagai isim nakiroh.
Contoh:
مُحَمَّدٌ – زَيْدٌ
3. Apabila suatu isim disandarkan pada isim nakiroh, maka dia adalah isim nakiroh. Namun apabila disandarkan pada isim ma’rifat, maka dia adalah juga sebagai isim ma’rifat.
Contoh:
كِتَابُ طَالِبٍ -  كِتَابُ مُحَمَّدٍ

Bahasa Arab Dasar 14: Tanda-Tanda Isim Muannats

Tanda-Tanda Isim Muannats Diantaranya:
1. Isim yang diakhiri dengan ta’ marbuthoh
Contoh:
مَدْرَسَةٌ (Sekolah)
قَلَنْسُوَةٌ (Peci)
مُدَرِّسَةٌ (Seorang pengajar perempuan)
مُسْلِمَةٌ (Perempuan muslimah)
2. Nama orang perempuan
Contoh:
مَرْيَمُ (Maryam)
زَيْنَب (Zainab)

3. Isim yang khusus untuk perempuan
Contoh:
أُمٌّ (Ibu)
مُرْضِعٌ (Orang yang menyusui)
4. Nama negara atau kota
Contoh:
إِنْدُوْنِيْسِيَا (Indonesia)
جُوْكْجَاكَرْتَا (Jogjakarta)
5. Nama anggota badan yang berpasangan
Contoh:
عَيْنٌ (Mata)
يَدٌ (Tangan)
6. Jamak taksir
Contoh:
كُتُبٌ (Buku-buku)
فِرَقٌ (Golongan-golongan)
Catatan:
Nama orang laki-laki, walaupun diakhiri dengan ta’ marbuthoh tetap dikatakan sebagai isim mudzakkar
Contoh :
أُسَامَةُ (Usamah)
مُعَاوِيَةُ (Mu’awiyah)

Bahasa Arab Dasar 13: Isim Mudzakkar dan Muannats

تَقْسِيْمُ الاِسْمِ بِالنَّظَرِ إِلَى نَوْعِهِ
(Pembagian Isim ditinjau dari segi jenisnya)
1. Isim Mudzakkar adalah isim yang menunjukkan jenis laki-laki
a. Isim Mudzakkar Haqiqi
Isim yang berasal dari kelompok makluk hidup yang berjenis kelamin laki-laki.

Contoh:
تِلْمِيْذٌ (Seorang siswa laki-laki)
أَسَدٌ (Seekor singa jantan)
b. Isim Mudzakkar Majazi
Ism yang berasal dari kelompok benda mati yang dianggap berjenis kelamin laki-laki berdasarkan kesepakatan orang arab.
Contoh:
بَيْتٌ (Sebuah rumah)
قَمَرٌ (Bulan)
2. Isim Muannats adalah isim yang menunjukkan jenis perempuan
A. Isim Muannats Haqiqi
Isim yang berasal dari kelompok makluk hidup yang berjenis kelamin perempuan.
Contoh:
مُدَرِّسَةٌ (Seorang pengajar perempuan)
هِرَّةٌ (Seekor kucing betina)
B. Isim Muannats Majazi
Isim yang berasal dari kelompok benda mati yang dianggap berjenis kelamin perempuan berdasarkan kesepakatan orang arab
Contoh:
دَارٌ (Sebuah perkampungan)
شَمْسٌ (Matahari)

Bahasa Arab Dasar 12: Ketentuan Jamak

Ketentuan  isim agar dapat dibentuk menjadi jamak mudzakkar salim:
1. Nama orang
Contoh:
مُحَمَّدُوْنَ/مُحَمَّدِيْنَ
<=
مُحَمَّدٌ
زَيْدُوْنَ/زَيْدِيْن
<=
زَيْدٌ

2. Sifat
a. فَاعِلٌ
Contoh:
كَاتِبٌ , نَاصِرٌ
b. مُفْعِلٌ
Contoh:
مُسْلِمٌ , مُفْسِدٌ
c. مُفْتَعِلٌ
Contoh:
مُجْتَهِدٌ , مُسْتَمِعٌ
d. مُفَاعِلٌ
Contoh:
مُنَافِقٌ , مُجَاهِدٌ
e. مَفْعُوْلٌ
Contoh:
مَقْتُولٌ , مَنْصُوْر

Bahasa Arab Dasar 11: Isim Jamak

3. Isim Jamak adalah Isim yang jumlah bilangannya lebih dari dua
Isim Jamak tebagi menjadi 3:
- Jamak Mudzakkar Salim
- Jamak Muannats Salim
- Jamak Taksir
A. Jamak Mudzakkar Salim
Jamak yang dibentuk dari isim mufrodnya yang digunakan untuk menunjukkan jenis laki-laki.

Contoh:
(Para laki-laki mukmin)
مُؤْمِنُوْنَ / مُؤْمِنِيْنَ
( Para laki-laki kafir)
كَافِرُوْنَ / كَافِرِيْنَ
Cara pembentukan isim jamak mudzakkar salim
Cara pembentukannya adalah dengan menambahahkan wawu dan nun atau ya dan nun pada akhir isim mufrodnya
مُفْرَدٌ + ون/ين اِسْمٌ
Contoh:
مُؤْمِنُوْنَ/مُؤْمِنِيْنَ
<=
مُؤْمِنٌ + ون/ين
كَافِرُوْنَ/كَافِرِيْنَ
<=
كَافِرٌ + ون/ين
B. Jamak Muannats Salim
Jamak yang dibentuk dari isim mufrodnya yang digunakan untuk menunjukkan jenis perempuan.
Contoh:
( Para perempuan mu’min)
مُؤْمِنَاتٌ
(Para perempuan kafir)
كَافِرَاتٌ
Cara pembentukan isim jamak muannats salim
مُفْرَد ٌ ( × ة ) + ات اِسْمٌ
Contoh:
مُؤْمِنَاتٌ
<=
مُؤْمِنٌ + ات
<=
مُؤْمِنَةٌ) × ة)
كَافِرَاتٌ
<=
كَافِرٌ + ات
<=
كَافِرَةٌ) × ة)
C. Jamak Taksir
Jamak yang berubah dari bentuk mufrodnya
Contoh:
رُسُلٌ
<=
رَسُوْلٌ
بُيُوْتٌ
<=
بَيْتٌ
كُتُبٌ
<=
كِتَابٌ
ُأسَاتِيْذ
<=
أُسْتَاذٌ

Bahasa Arab Dasar 10: Isim Mufrod Dan Mutsanna


أَقْسَامُ الاِسْم
تَقْسِيْمُ الاِسْمِ بِالنَّظَرِ إِلَى عَدَدِه
(Pembagian Isim Ditinjau Dari Segi Jumlah Bilangannya)
Pembagian Isim Berdasar Bilangan
1. Isim Mufrod adalah Isim yang jumlah bilangannya satu
Contoh:
(Seorang mukmin)
مُؤْْمِنٌ
(Seorang kafir)
كَافِرٌ

2. Isim Mutsanna adalah Isim yang jumlah bilangannya dua
Contoh:
(Dua orang mukmin)
مُؤْْمِنَانِ / مُؤْْمِنَيْن
(Dua orang kafir)
كَافِرَانِ / كَافِرَيْن
Cara pembentukan isim mutsanna
Dengan menambahkan huruf alif dan nun atau ya dan nun pada akhir isim mufrodnya.
مُفْرَدٌ + ان/ين اِسْمٌ
Contoh:
مُؤْْمِنَانِ/ مُؤْْمِنَيْن
<=
مُؤْْمِنٌ + ان/ين
كَافِرَانِ/كَافِرَيْنِ
<=
كَافِرٌ + ان/ين

Bahasa Arab Dasar 9: Syibhul Jumlah

شِبْهُ الْجُمْلَةِ
Syibhul jumlah adalah rangkaian kata yang mirip dengan jumlah
Syibhul Jumlah
Zhorof adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan keterangan waktu atau tempat
Contoh:
أمَامَ, وَرَاءَ – ظَرْفُ الْمَكَانِ
بَعْدَ , قَبْلَ – ظَرْفُ الزَّمَانِ

Isim yang terletak setelah huruf jer dan zhorof maka secara umum berharokat akhir kasroh (Isim Majrur)
Contoh:
مِنَ السُوْقِ – جَرٌّ وَ مَجْرُوْرٌ
أمَامَ المَنْزِلِ – ظَرْفٌ وَ مَجْرُوْرٌ

Bahasa Arab Dasar 8: Jumlah Mufidah

الجُمْلَةُ المُفِيْدَةُ  / اَلْكَلاَمُ
Jumlah mufidah adalah susunan kata yang dapat memberikan faedah yang sempurna.
Contoh:
عَلِيٌّ مَِرْيضٌ
رَجَعَ عَلِيٌّ

Adapun susunan kata yang tidak memberikan faedah yang sempurna tidak dinamakan sebagai Jumlah Mufidah.
Contoh:
إِنْ رَجَعَ عَلِيٌّ
إِنْ رَجَعَ عَلِيٌّ فَأَكْرِمْهُ
Jumlah Mufidah
Jumlah ismiyah adalah jumlah yang diawali dengan isim
Contoh:
عَلِيٌّ مَِرْيضٌ
مُحَمَّدٌ نَبِيٌّ
Jumlah fi’liyah adalah jumlah yang diawali dengan fi’il
Contoh:
ذَهَبَ زَيْدٌ
رَجَعَ عَلِيٌّ

Bahasa Arab Dasar 7: Idhofah


اَلإِضَافَةُ
Idhofah adalah bentuk penyandaran antara satu kata dengan kata yang lain.
Contoh:
رَسُوْلُ اللهِ
رَسُوْلُ – مُضَافٌ
اللهِ - مُضَافٌإِلَيْهِ
عَذَابُ الْقَبْرِ
عَذَابُ - مُضَافٌ
الْقَبْرِ - مُضَافٌإِلَيْهِ

Ketentuan Umum:
  1. Mudhof tidak boleh ditanwin
  2. Mudhof ilaih biasanya berharokat akhir kasroh
  3. Mudhof dan mudhof ilaih kedua-duanya merupakan isim

Bahasa Arab Dasar 6: Catatan Beda Isim Fi'il

Catatan Perbedaan Isim dan Fi’il:
  1. Huruf tidak ada ciri khusus. Untuk mengetahuinya harus dihafal.
  2. Suatu kata sudah cukup dikatakan sebagai isim atau fi’il apabila telah menerima salah satu dari tanda di atas.
  3. Pada ciri isim, antara tanda “tanwin” dan “alif lam” tidak akan pernah bertemu.

Untuk fi’il, seringkali ciri-cirinya tidak disebutkan. Cara praktis untuk mengetahuinya adalah dengan menghafal ciri isim dan menghafal macam-macam huruf. Apabila tidak termasuk isim maupun huruf berarti dia termasuk fi’il.

Bahasa Arab Dasar 5: Ciri-Ciri Fi'il

Ciri-ciri Fi’il:
عَلاَمَاتُ الْفِعْلِ
قَدْ
مِثْلُ :{ قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ} البقرة:60
(اَلسِِّيْنُ (سَـ
مِثْلُ : { سَيَجْعَلُ اللهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا} الطلاق:7
سَوْفَ
مِثْلُ : {كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ} التكاثر:4
تَاءُ التَأْنِيْث ِالسَاكِنَةُ
مِثْلُ : {قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَـنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيًّا} مريم : 18

Bahasa Arab Dasar 4: Beda Isim Fi'il

الْفَرْقُ بَيْنَ الاِسْمِ وَ الْفِعْلِ
(Perbedaan antara Isim dan Fi’il)
Ciri-ciri Isim:
عَلاَمَاتُ الاِسْم
التََّنْوِيْن
مِثْلُ :{ فَلاَ تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ} البقرة:22
الخَفْض
مِثْلُ : {بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} الفاتحة:1
الْأََلِفُ وَاللاَّم
مِثْلُ :{ ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ِفيهِ} البقرة:2
حَرْفُ الجَرِِّ
مِثْلُ :{ وَلاَ تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ} البقرة:42

Bahasa Arab Dasar 3: Kalimah


الْكَلِمَةُ
Al-Kalimah
Al-Kalimah (kata) adalah lafaz yang mempunyai makna.
Diagram Kalimah
A. Isim
Kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut  tidak terikat dengan waktu.
Contoh:
كِتَابٌ ـ بَيْتٌ ـ دِيْنٌ ـ بَابٌ ـ أسْتَاذٌ ـ شَجَرَةٌ

B. Fi’il
Kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut terikat dengan waktu.
Contoh:
نَصَرَ ـ كَتَبَ ـ ضَرَبَ ـ جَلَسَ ـ قَتَلَ ـ أَكَلَ
C. Huruf
Kata yang tidak mempunyai makna yang sempurna kecuali setelah bersambung dengan kata yang lain.
Huruf yang dikategorikan sebagai al-kalimah adalah huruf-huruf ma’any.

Bahasa Arab Dasar 2: Al-Harfu (Huruf)

اَلْحَرْفُ
Diagram Huruf
A. Huruf  Mabany (Huruf Hijaiyah)
Huruf yang digunakan untuk menyusun suatu kata
Huruf mabany terbagi menjadi 2:

1. Huruf ‘Illah
Ada 3 huruf yaitu: ا و ي
2. Huruf Shohih
Seluruh huruf hijaiyah selain ا و ي
B. Huruf Ma’any
Huruf-huruf yang mempunyai makna
Huruf ma’any terbagi menjagi beberapa macam, diantaranya:
1. Huruf Jer
Huruf yang membuat kata setelahnya secara umum berharokat akhir kasroh.
Diantara huruf-huruf jer adalah:
مِنْ , إِلىَ , عَنْ , عَلىَ , فِى , رُبَّ , بِ , كَ , لِ
2. Huruf Athof
Huruf yang digunakan untuk menghubungkan antara satu kata dengan kata yang lain.
Diantara huruf-huruf athof adalah:
وَ , ثُمَّ , أَوْ

Selasa, 25 September 2012

Bahasa Arab Dasar 1: Nahwu Shorof

diagram nahwu shorof
Nahwu adalah ilmu untuk mengetahui hukum akhir dari suatu kata.
Contoh:
جَاءَ رَجُلٌ ـ رَأَيْتُ رَجُلاً ـ مَرَرْتُ بِرَجُلٍ
Shorof adalah ilmu tentang perubahan suatu kata.

Contoh:
نَصَرَ ـ نَاصِرٌ ـ مَنْصُوْرٌ

Keutamaan Bahasa Arab

Tidak perlu diragukan lagi, memang sepantasnya seorang muslim mencintai bahasa Arab dan berusaha menguasainya. Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an karena bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik yang pernah ada sebagaimana firman Allah ta’ala:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”
Ibnu katsir berkata ketika menafsirkan surat Yusuf ayat 2 di atas: “Yang demikian itu (bahwa Al -Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab) karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Oleh karena itu kitab yang paling mulia (yaitu Al-Qur’an) diturunkan kepada rosul yang paling mulia (yaitu: Rosulullah), dengan bahasa yang termulia (yaitu Bahasa Arab), melalui perantara malaikat yang paling mulia (yaitu malaikat Jibril), ditambah kitab inipun diturunkan pada dataran yang paling mulia diatas muka bumi (yaitu tanah Arab), serta awal turunnya pun pada bulan yang paling mulia (yaitu Romadhan), sehingga Al-Qur an menjadi sempurna dari segala sisi.” (Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir surat Yusuf).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Berkata: “Sesungguhnya ketika Allah menurunkan kitab-Nya dan menjadikan Rasul-Nya sebagai penyampai risalah (Al-Kitab) dan Al-Hikmah (As-sunnah), serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab, maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan bahasa Arab. Oleh karena itu memahami bahasa Arab merupakan bagian dari agama. Keterbiasaan berkomunikasi dengan bahasa Arab mempermudah kaum muslimin memahami agama Allah dan menegakkan syi’ar-syi’ar agama ini, serta memudahkan dalam mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam keseluruhan perkara mereka.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).
Sungguh sangat menyedihkan sekali, apa yang telah menimpa kaum muslimin saat ini, hanya segelintir dari mereka yang mau mempelajari bahasa Arab dengan serius. Hal ini memang sangat wajar karena di zaman modern ini banyak sekali kaum muslimin tenggelam dalam tujuan dunia yang fana, Sehingga mereka enggan dan malas mempelajari bahasa Arab. Karena mereka tahu tidak ada hasil duniawi yang bisa diharapkan jika pandai berbahasa Arab. Berbeda dengan mempelajari bahasa Inggris, kaum muslimin di saat ini begitu semangat sekali belajar bahasa Inggris, karena mereka tahu banyak tujuan dunia yang bisa diperoleh jika pandai bahasa Inggris, sehingga kita dapati mereka rela untuk meluangkan waktu yang lama dan biaya yang banyak untuk bisa menguasai bahasa ini. Sehingga kursus-kursus bahasa Inggris sangat laris dan menjamur dimana-mana walaupun dengan biaya yang tak terkira. Namun bagaimana dengan kursus bahasa Arab…??? seandainya mereka benar-benar yakin terhadap janji Allah ta’ala untuk orang yang menyibukkan diri untuk mencari keridhoanNya, serta yakin akan kenikmatan surga dengan kekekalannya, niscaya mereka akan berusaha keras untuk mempelajari bahasa arab. Karena ia adalah sarana yang efektif untuk memahami agama-Nya.
Kenyataan ini tidak menunjukkan larangan mempelajari bahasa Inggris ataupun lainnya. Tapi yang tercela adalah orang yang tidak memberikan porsi yang adil terhadap bahasa arab. Seyogyanya mereka juga bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mempelajari bahasa Arab.
Syaikh Utsaimin pernah ditanya: “Bolehkah seorang penuntut ilmu mempelajari bahasa Inggris untuk membantu dakwah ?” Beliau menjawab: “Aku berpendapat, mempelajari bahasa Inggris tidak diragukan lagi merupakan sebuah sarana. Bahasa Inggris menjadi sarana yang baik jika digunakan untuk tujuan yang baik, dan akan menjadi jelek jika digunakan untuk tujuan yang jelek. Namun yang harus dihindari adalah menjadikan bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa Arab karena hal itu tidak boleh. Aku mendengar sebagian orang bodoh berbicara dengan bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa Arab, bahkan sebagian mereka yang tertipu lagi mengekor (meniru-niru), mengajarkan anak-anak mereka ucapan “selamat berpisah” bukan dengan bahasa kaum muslimin. Mereka mengajarkan anak-anak mereka berkata “bye-bye” ketika akan berpisah dan yang semisalnya. Mengganti bahasa Arab, bahasa Al-Qur’an dan bahasa yang paling mulia, dengan bahasa Inggris adalah haram. Adapun menggunakan bahasa Inggris sebagai sarana untuk berdakwah maka tidak diragukan lagi kebolehannya bahwa kadang-kadang hal itu bisa menjadi wajib. Walaupun aku tidak mempelajari bahasa Inggris namun aku berangan-angan mempelajarinya. terkadang aku merasa sangat perlu bahasa Inggris karena penterjemah tidak mungkin bisa mengungkapkan apa yang ada di hatiku secara sempurna.” (Kitabul ‘Ilmi).
Dan termasuk hal yang sangat menyedihkan, didapati seorang muslim begitu bangga jika bisa berbahasa Inggris dengan fasih namun mengenai bahasa Arab dia tidak tahu?? Kalau keadaannya sudah seperti ini bagaimana bisa diharapkan Islam maju dan jaya seperti dahulu. Bagaimana mungkin mereka bisa memahami syari’at dengan benar kalau mereka sama sekali tidak mengerti bahasa Arab…???
Hukum Orang Yang Mampu Berbahasa Arab Namun Berbicara Menggunakan Bahasa Selain Bahasa Arab
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Berkata: “Dibenci seseorang berbicara dengan bahasa selain bahasa Arab karena bahasa Arab merupakan syiar Islam dan kaum muslimin. Bahasa merupakan syiar terbesar umat-umat, karena dengan bahasa dapat diketahui ciri khas masing-masing umat.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).
Asy-Syafi’iy berkata sebagaimana diriwayatkan As-Silafi dengan sanadnya sampai kepada Muhammad bin Abdullah bin Al Hakam, beliau berkata: “Saya mendengar Muhammad bin Idris Asy-syafi’iy berkata: “Allah menamakan orang-orang yang mencari karunia Allah melalui jual beli (berdagang) dengan nama tu’jar (tujjar dalam bahasa Arab artinya para pedagang-pent), kemudian Rosululloh juga menamakan mereka dengan penamaan yang Allah telah berikan, yaitu (tujjar) dengan bahasa arab. Sedangkan “samasiroh” adalah penamaan dengan bahasa `ajam (selain arab). Maka kami tidak menyukai seseorang yang mengerti bahasa arab menamai para pedagang kecuali dengan nama tujjar dan janganlah orang tersebut berbahasa Arab lalu dia menamakan sesuatu (apapun juga-pent) dengan bahasa `ajam. Hal ini karena bahasa Arab adalah bahasa yang telah dipilih oleh Allah, sehingga Allah menurunkan kitab-Nya yang dengan bahasa Arab dan menjadikan bahasa Arab merupakan bahasa penutup para Nabi, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, kami katakan seyogyanya setiap orang yang mampu belajar bahasa Arab mempelajarinya, karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling pantas dicintai tanpa harus melarang seseorang berbicara dengan bahasa yang lain. Imam Syafi’iy membenci orang yang mampu berbahasa Arab namun dia tidak berbahasa Arab atau dia berbahasa Arab namun mencampurinya dengan bahasa `ajam.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).
Abu Bakar bin ‘Ali Syaibah meriwayatkan dalam Al Mushanaf: “Dari Umar bin Khattab, beliau berkata: Tidaklah seorang belajar bahasa Persia kecuali menipu, tidaklah seseorang menipu kecuali berkurang kehormatannya. Dan Atho’ (seorang tabi’in) berkata: Janganlah kamu belajar bahasa-bahasa ajam dan janganlah karnu masuk gereja – gereja mereka karena sesungguhnya Allah menimpakan kemurkaan-Nya kepada mereka, (Iqtidho Shirotil Mustaqim). Diriwayatkan bahwa Imam Ahmad berkata: “Tanda keimanan pada orang ‘ajam (non arab) adalah cintanya terhadap bahasa arab.” Dan adapun membiasakan berkomunikasi dengan bahasa selain Arab, yang mana bahasa Arab merupakan syi’ar Islam dan bahasa Al-Qur’an, sehingga bahasa selain arab menjadi kebiasaan bagi penduduk suatu daerah, keluarga, seseorang dengan sahabatnya, para pedagang atau para pejabat atau bagi para karyawan atau para ahli fikih, maka tidak disangsikan lagi hal ini dibenci. Karena sesungguhnya hal itu termasuk tasyabuh (menyerupai) dengan orang `ajam dan itu hukumnya makruh.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).
Khurasan, yang penduduk kedua kota tersebut berbahasa Persia serta menduduki Maghrib, yang penduduknya berbahasa Barbar, maka kaum muslimin membiasakan penduduk kota tersebut untuk berbahasa Arab, hingga seluruh penduduk kota tersebut berbahasa Arab, baik muslimnya maupun kafirnya. Demikianlah Khurasan dahulu kala. Namun kemudian mereka menyepelekan bahasa Arab, dan mereka kembali membiasakan bahasa Persia sehingga akhirnya menjadi bahasa mereka. Dan mayoritas mereka pun menjauhi bahasa Arab. Tidak disangsikan lagi bahwa hal ini adalah makruh. (Iqtidho Shirotil Mustaqim).
Pengaruh Bahasa Arab Dalam Kehidupan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Merupakan metode yang baik adalah membiasakan berkomunikasi dengan bahasa Arab hingga anak kecil sekalipun dilatih berbahasa Arab di rumah dan di kantor, hingga nampaklah syi’ar Islam dan kaum muslimin. Hal ini mempermudah kaum muslimin urituk memahami makna Al-Kitab dan As-Sunnah serta perkataan para salafush shalih. Lain halnya dengan orang yang terbiasa berbicara dengan satu bahasa lalu ingin pindah ke bahasa lain maka hal itu sangat sulit baginya. Dan ketahuilah…!!! membiasakan berbahasa Arab sangat berpengaruh terhadap akal, akhlak dan agama. Juga sangat berpengaruh dalam usaha mencontoh mereka dan memberi dampak positif terhadap akal, agama dan tingkah laku.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).
Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahasa Arab memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan, akhlak, agama. Orang yang pandai bahasa Arab cenderung senang membaca kitab-kitab para ulama yang berbahasa Arab dan tentu senang juga membaca dan menghafal Al-Qur’an serta hadits-hadits Rasulullah. Sehingga hal ini bisa memperbagus akhlak dan agamanya. Berbeda dengan orang yang pandai berbahasa Inggris (namun tanpa dibekali dengan ilmu agama yang baik), dia cenderung senang membaca buku berbahasa Inggris yang jelas kebanyakannya merupakan karya orang kafir. Sehingga mulailah ia mempelajari kehidupan orang kafir sedikit demi sedikit. Mau tidak mau iapun harus mempelajari cara pengucapan dan percakapan yang benar melalui mereka, agar dia bisa memperbagus bahasa Inggrisnya. Bisa jadi akhirnya ia pun senang mempelajari dan menghafal lagu-lagu berbahasa Inggris (yang kebanyakan isinya berisi maksiat) dan tanpa sadar diapun mengidolakan artis atau tokoh barat serta senang mengikuti gaya-gaya mereka. Akhlaknya pun mulai meniru akhlak orang barat (orang kafir), dan mengagungkan orang kafir serta takjub pada kehebatan mereka. Akhirnya, diapun terjatuh dalam tasyabbuh (meniru-niru) terhadap orang kafir, menganggap kaum muslimin terbelakang dan ujung-ujungnya dia lalai dari mempelajari Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hukum Mempelajari Bahasa Arab
Syaikhul Islam Berkata: “Dan sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian dari agama dan hukum mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab dan As-Sunnah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa difahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan kaidah:
مَا لاَ يَتِمٌّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
“Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga hukumnya wajib.”
Namun disana ada bagian dari bahasa Arab yang wajib ‘ain dan ada yang wajib kifayah. Dan hal ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari Umar bin Yazid, beliau berkata: Umar bin Khattab menulis kepada Abu Musa Al-Asy’ari (yang isinya) “…Pelajarilah As-Sunnah, pelajarilah bahasa Arab dan I’roblah Al-Qur’an karena Al-Qur’an itu berbahasa Arab.”
Dan pada riwayat lain, Beliau (Umar bin Khattab) berkata: “Pelajarilah bahasa Arab sesungguhnya ia termasuk bagian dari agama kalian, dan belajarlah faroidh (ilmu waris) karena sesungguhnya ia termasuk bagian dari agama kalian.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).
Penutup
Bahasa Arab adalah bahasa Agama Islam dan bahasa Al-Qur’an, seseorang tidak akan dapat memahami kitab dan sunnah dengan pemahaman yang benar dan selamat (dari penyelewengan) kecuali dengan bahasa Arab. Menyepelekan dan menggampangkan Bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama serta jahil (bodoh) terhadap permasalahan agama.
Sungguh sangat ironis dan menyedihkan, sekolah-sekolah dinegeri kita, bahasa Arab tersisihkan oleh bahasa-bahasa lain, padahal mayoritas penduduk negeri kita adalah beragama Islam, sehingga keadaan kaum muslimin dinegeri ini jauh dari tuntunan Allah ta’ala dan Rasul-Nya.
Maka seyogyanya anda sekalian wahai penebar kebaikan… mempunyai andil dan peran dalam memasyarakatkan serta menyadarkan segenap lapisan masyarakat akan pentingya bahasa Al Qur’an ini, dengan segala kemampuan yang dimiliki, semoga Allah menolong kaum muslimin dan mengembalikan mereka kepada ajaran Rasul-Nya yang shohih. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah ta’ala. Segala puji hanyalah bagi Allah Tuhan semesta alam.
***

 

Sabtu, 22 September 2012

Do’a bila mendapat firasat buruk (merasa sial)

اَللّٰهُمَّ لاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ، وَلاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ، وَلاَ إِلٰهَ غَيْرُكَ.
Alloohumma laa thoira illaa thoiruka wa laa khoira illaa khoiruka wa laa ilaaha ghoiruka
“Ya Allah! Tidak ada kesialan kecuali kesialan
yang Engkau tentukan, dan tidak ada kebaikan
kecuali kebaikan-Mu, serta tiada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Engkau.

Permohonan ampunan yang paling utama (Sayyidul Istighfar)

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي; فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
Alloohumma anta robbii laa ilaaha illaa anta kholaqtanii wa ana ‘abduka wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu a’uudzu bika min syarri maa shona’tu abuu u laka bini’matika alayya wa abuu u laka bidzambii faghfirlii fa innahuu laa yaghfirudzdzunuuba illaa anta
Ya Allah Engkaulah Tuhanku tidak ada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakan diriku aku hamba-Mu aku selalu berada dalam ikatan-Mu dan perjanjian-Mu selama aku mampu aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat aku mengaku kepada-Mu dengan dosaku maka ampunilah aku sebab tiada yang akan mengampuni dosa selain Engkau

Do’a mohon perlindungan dari dihilangkannya keni’matan

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفَجْأَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
Alloohumma innii a’uudzu bika min zawaa ni’matika wa tahawwuli ‘aafiyatika wa faj ati niqmatika wa jamii’i sakhothika
Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari menghilangnya nikmat-Mu dan bergantinya keselamatan-Mu menjadi adzab-Mu yang tiba-tiba dan dari segala kemurkaan-Mu

Do’a di waktu Pagi dan Petang (Sore)

Diwaktu pagi
اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوتُ وَإِلَيْكَ اَلنُّشُورُ
Alloohumma bika ashbahnaa wa bika amsainaa wa bika nahyaa wa bika namuutu wa ilaikannusyuur
Ya Allah dengan kekuasaan-Mu aku memasuki pagi dengan kekuasaan-Mu aku memasuki petang dengan kekuasaan-Mu aku hidup dengan kekuasaan-Mu aku mati dan kepada-Mu-lah tempat kembali.
Diwaktu petang
اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوتُ وَإِلَيْكَ اَلْمَصِيرُ
Alloohumma bika ashbahnaa wa bika amsainaa wa bika nahyaa wa bika namuutu wa ilaikal mashiir
Ya Allah dengan kekuasaan-Mu aku memasuki pagi dengan kekuasaan-Mu aku memasuki petang dengan kekuasaan-Mu aku hidup dengan kekuasaan-Mu aku mati  Dan kepada-Mu-lah tempat berpulang.

Do’a dibawah ini tidak pernah dilewatkan Rasulullah ketika pagi dan petang
اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي وَاحْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي
Alloohumma innii as alukal ‘aafiyata fii diinii wa dun yaaya wa ahlii wa maalii
Allohummastur ‘aurootii wa aamin rou’aatii wahfizhnii min baini yadayya wa min kholfii
Wa ‘an yamiinii wa ‘an syimaalii wa min fauqii
Wa a’uudzu bi ‘azhomatika an ughtaala min tahtii
Allah aku memohon keselamatan dari-Mu dalam agamaku duniaku keluargaku dan hartaku. Ya Allah tutupilah auratku amankanlah kekhawatiranku jagalah diriku dari depanku belakangku sebelah kananku sebelah kiriku dan dari atasku. Aku berlindung dengan keagungan-Mu dari bahaya yang datang dari bawahku